Pertanyaan
Ringkasan perlawanan rakyat aceh
Ditanyakan oleh: USER1579
32 Dilihat
32 Jawaban
Jawaban (32)
Pada tanggal 2 November 1871, Belanda mengadakan perjanjian dengan Inggris yang kemudian menghasilkan Traktat Sumatra. Traktat tersebut berisi bahwa pihak Belanda diberi kebebasan memperluas daerah kekuasaannya di Aceh. Sedang Inggris mendapat kebebasan berdagang di daerah siak. Pertempuran itu memaksa pasukan Aceh mengundurkan diri ke kawasan Masjid Raya. Pasukan Aceh sempat memberi perlawanan sehingga Mayor Jenderal Kohler sendiri tewas. Dengan demikian, Masjid Raya dapat direbut kembali oleh pasukan Aceh. Belanda mencoba menerapkan siasat konsentrasi stelsel yaitu sistem garis pemutusan dimana Belanda memusatkan pasukannya di benteng-benteng sekitar kota termasuk Kutaraja. Namun siasat ini tetap tidak berhasil mematahkan perlawanan rakyat Aceh. Untuk itu, Belanda memerintahkan Dr. Snouck Hurgronje untuk mengadakan penelitian tentang kehidupan masyarakat Aceh. Berdasarkan kesimpulan Dr. Snouck Hurgronje, pemerintah Hindia Belanda memperoleh petunjuk bahwa untuk menaklukkan Aceh harus dengan siasat kekerasan. Pada tahun 1899, Belanda mulai menerapkan siasat kekerasan dengan mengadakan serangan besar-besaran ke daerah-daerah pedalaman. Serangan-serangan tersebut dipimpin oleh van Heutz. Tanpa mengenal perikemanusiaan, pasukan Belanda membinasakan semua penduduk daerah yang menjadi targetnya. Satu per satu pemimpin para pemimpin perlawanan rakyat Aceh menyerah dan terbunuh. Dalam pertempuran yang terjadi di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Jatuhnya Benteng Kuto Reh pada tahun 1904, memaksa Aceh harus menandatangani Plakat Pendek atau Perjanjian Singkat (Korte Verklaring).